Hukum Memberontak (Perintah menasehati penguasa)

Hukum Memberontak (Perintah menasehati penguasa)

Beritahu yang lain

Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Perintah Untuk Menasihati Penguasa, Mendoakan Mereka, Dan Larangan Membongkar Kejelekan Penguasa Di Muka Umum

Dan Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan untuk menasihati penguasa kita ketika nampak kemaksiatan-kemaksiatan mereka dan ketika terjadi apa saja yang membutuhkan nasihat.
23.Dari Tamim Ad Dari radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
٢٣ -ﻋóﻦú ﺗóﻤöﻴúﻢö ﺍﻟﺪøﺍﺭöﻱ  ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö : ﺍﻟﺪøöﻳﻦõ ﺍﻟﻨøﺼöﻴúﺤóﺔõ¡ ﻗõﻠúÜﻨóﺎ : ﻟöﻤóﻦú ﻳóﺎﺭóﺳõﻮúﻝó ﺍﷲö¿ ﺃóﻻó ﷲö¡ ﻭóﻟöﻜöﺘóﺎﺑöﻪö¡ ﻭóﻟöﺮóﺳõﻮúﻟöﻪö¡ ﻭóﹺﻷóﺋöﻤøﺔö ﺍﻟﻤõﺴúﻠöﻤöﻴúﻦó¡ ﻭóﻋóﺎﻣóﺘöﻬöﻢú ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﴾
“Agama itu nasihat.” Maka kami bertanya : “Untuk siapa, ya Rasulullah?” Maka Beliau menjawab : “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan untuk penguasa Muslimin dan umat mereka.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)

٢٤ -ﻋóﻦú ﺯóﻳúﺪò ﺑúﻦö ﺛóﺎﺑöﺖ  ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮúﻝõ ﺍﷲö :  ﺛóﻼóﺙõ ﺧöﺼóﺎﻝò ﻻó ﻳóﻐöﻞøõ ﻋóﻠóﻴúﻬöﻦø ﻗóﻠúﺐõ ﻣõﺴúﻠöﻢò : ﺇöﺧúﻼóﺹõ ﺍﻟúﻌóﻤóﻞö ﺍöﷲö ﻭóﺍﻟﻨøﺼöﻴúﺤóﺔö ﻟöﻮõﻻóﺓö ﺍúﻷõﻣõﻮﺭö ﻭóﻟõﺰõﻭﻡö ﺟóﻤóﺎﻋóﺘöﻬöﻢ¡ ﻓóﺈöﻥø ﺩóﻋúﻮóﺗóﻬõﻢú ﺗõﺤöﻴúﻂõ ﻣöﻦú ﻭóﺭóﺍﺀöﻫõﻢú ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺴﻨﻦ ﴾
24.Dari Zaid bin Tsabit radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Tiga golongan yang dengannya hati seorang Muslim tidak akan mendendam : Ikhlas dalam beramal untuk Allah, menasihati penguasa, dan menetapi persatuan umat. Maka sesungguhnya doa-doa mereka meliputi dari belakang mereka.” (HR. Ashaabus Sunan)
Dan Nabi melarang mencela, mencaci para penguasa, dan menyebarkan aib-aib mereka. Beliau memerintahkan untuk menasihati mereka dan mendoakan kebaikannya. Berkata Imam At Thahawi dalam aqidahnya yang banyak diterima oleh ummat ini :
“Kami tidak berpendapat bolehnya memberontak kepada penguasa dan pemimpin kita walaupun ia seorang pemimpin yang jahat. Dan tidak mendoakan kejelekan untuk mereka. Tidak melepaskan tangan dari ketaatan kepada mereka. Karena ketaatan pada mereka termasuk ketaatan kepada Allah dan merupakan kewajiban. Selama tidak diperintahkan kepada yang maksiat. Kita mendoakan untuk mereka kebaikan dan ampunan.”

٢٥ -ﻋóﻦú ﺃóﻧóﺲò  ﻗóﺎﻝó : ﻧóﻬóﺎﻥó ﻛõﺒóﺮóﺍﺅõﻧóﺎ ﻣöﻦú ﺃóﺻúﺤóﺎﺏö ﻣõﺤóﻤøﺪò¡ ﻗóﺎﻟõﻮﺍ : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö :  ﻻó ﺗóﺴõﺒøõﻮﺍ ﺃõﻣóﺮóﺍﺀóﻛõﻢú ﻭóﻻó ﺗóﻐóﺸøõﻮﻫõﻢú ﻭóﻻó ﺗóﺒúﻐóﻀõﻮúﻫõﻢú ﻭóﺍﺗøﻘõﻮﺍ ﺍﷲﹶ ﻭóﺍﺻúﺒöﺮõﻭúﺍ ﻓóﺈöﻥø ﺍúﻷóﻣúﺮó ﻗóﺮöﻳúﺐñ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺇﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻼﻝ ﴾
25.Dari Anas radliyallahu ‘anhu berkata, telah melarang kami para pembesar kami dari shahabat Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, mereka berkata :
Bersabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Janganlah kalian mencela pemimpin kalian dan janganlah kalian mendengki mereka, janganlah kalian membenci mereka, bertakwalah kepada Allah, bersabarlah karena urusan ini sudah dekat.” (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al Albani)

٢٦ -ﻋóﻦú ﺃóﺑöﻲ ﺑóﻜúﺮóﺓó  ﻗóﺎﻝó : ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö :  ﺍﻟﺴøõﻠúﻄóﺎﻥõ ﻇöﻞøõ ﺍﷲö ﻓöﻲ ﺍúﻷóﺭúﺽö¡ ﻓóﻤóﻦú ﺃóﻫóﺎﻧóﻪõ ﺃóﻫóﺎﻧóﻪõ ﺍﷲﹸ ﻭóﻣóﻦú ﺃóﻛúﺮóﻣóﻪõ ﺃóﻛúﺮóﻣóﻪõ ﺍﷲﹸ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺇﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺃﺣﻤﺪ ﻭﺍﻟﻄﻴﺎﻟﺴﻲ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻭﺣﺴﻨﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻼﻝ ﴾
26.Dari Abi Bakrah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Penguasa adalah naungan Allah di muka bumi maka barangsiapa yang menghinakan penguasa maka Allah akan menghinakannya, barangsiapa yang memuliakan penguasa maka Allah akan memuliakannya.” (HR. Ibnu Abi Ashim, Ahmad, At Thayalisi, At Tirmidzi, dan Ibnu Hibban. Dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)

٢٧ -ﻋóﻦú ﻣõﻌóﺎﺫ ﺑúﻦö ﺟóﺒóﺎﻝ  ﻗóﺎﻝó :ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö :ﺧóﻤúﺲñ¡ ﻣóﻦú ﻓóﻌóﻞó ﻭóﺍﺣöﺪóﺓð ﻣöﻨúﻬõﻦø ﻛóﺎﻥó ﺿóﺎﻣöﻨðﺎ ﻋóﻠóﻰ ﺍﷲö¡ ﻣóﻦú ﻋóﺎﺩó ﻣóﺮöﻳúﻀðﺎ ﺃóﻭú ﺧóﺮóﺝó ﻓöﻲ ﺟóﻨóﺎﺯóﺓò ﺃóﻭú ﺧóﺮóﺝó ﻏóﺎﺯöﻳðﺎ ﺃóﻭú ﺩóﺧóﻞó ﻋóﻠóﻰ ﺇöﻣóﺎﻣöﻪö ﻳõﺮöﻳúﺪõ ﺗóﻐúﺰöﻳúﺮöﻩö ﻭóﺗóﻮúﻗöﻴúﺮöﻩö ﺃóﻭú ﻗóﻌóﺪó ﻓöﻲ ﺑóﻴúﺘöﻪö ﻓóﺴóﻠöﻢó ﻣöﻨúﻪõ ﺍﻟﻨøﺎﺱõ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺇﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻭﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﴾
27.Dari Muadz bin Jabal radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Lima hal yang barangsiapa yang melakukan salah satunya maka dia akan mendapat jaminan dari Allah : Siapa yang menjenguk orang sakit, yang mengantar jenazah, yang keluar untuk berperang, atau masuk pada penguasanya ingin menasihatinya dan memuliakannya atau orang yang diam di rumahnya sehingga dengannya selamatlah manusia.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Al Bazar, Al Hakim, dan At Tabrani)

Rasul menerangkan kepada kita bagaimana tata cara menasihati penguasa. Hendaklah tidak dilakukan di atas mimbar, di hadapan orang banyak.
٢٨ -ﻋóﻦú ﻋöﻴóﺎﺽö ﺑúﻦö ﻏõﻨóﻴúﻢö  ﻗóﺎﻝó :ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö : ﻣóﻦú ﺃóﺭóﺍﺩó ﺃóﻥú ﻳóﻨúﺼóﺢó ﻟöﺬöﻱ ﺳõﻠúﻄóﺎﻥö ﻓóﻼó ﻳóﺒúﺪóﻩõ ﻋóﻼóﻧöﻴóﺔð ﻭóﻟöﻴóﺄúﺧõﺬó ﺑöﻴóﺪöﻩö¡ ﻓóﺈöﻥú ﺳóﻤöﻊó ﻣöﻨúﻪõ ﻓóﺬóﺍﻙó ﻭóﺇöﻻø ﻛóﺎﻥó ﺃóﺩøﻯ ﺍﻟøﺬöﻱ ﻋóﻠóﻴúﻪö ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺇﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻼﻝ ﴾
28.Dari Iyadh bin Ghunaim radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa maka janganlah melakukannya dengan terang-terangan di hadapan umum. Akan tetapi dengan cara mengambil tangan penguasa tersebut dan menyendiri. Jika ia menerimanya maka inilah yang diharapkan, jika tidak menerimanya maka ia telah melakukan kewajibannya.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Al Hakim, dan Baihaqi. Dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)

٢٩- ﻋóﻦú ﻋõﺒóﻴúﺪö ﺍﷲö ﺑúﻦö ﺍﻟúﺨöﻴóﺎﺭö ﻗóﺎﻝó :ﺃóﺗóﻴúﺖõ ﺃõﺳóﺎﻣóﺔó ﺑúﻦó ﺯóﻳúﺪò  ﻓóﻘõﻠúﺖõ: ﺃóﻻó ﺗóﻨúﺼóﺢõ ﻋõﺜúﻤóﺎﻥó ﺑúﻦó ﻋóﻔøﺎﻥ ﻟöﻴõﻘöﻴúﻢó ﺍﻟúﺤóﺪø ﻋóﻠóﻰ ﺍﻟúﻮóﻟöﻴúﺪö¡ ﻓóﻘóﺎﻝó ﺃõﺳóﺎﻣóﺔõ: ﻫóﻞú ﺗóﻈõﻦøõ ﺃóﻧøöﻲ ﻻó ﺃõﻧóﺎﺻöﺤõﻪõ ﺇöﻻø ﺃóﻣóﺎﻣóﻚó¿ ﻭóﺍﷲö¡ ﻟóﻘóﺪú ﻧóﺼöﺤúﺘõﻪõ ﻓöﻴúﻤóﺎ ﺑóﻴúﻨöﻲ ﻭóﺑóﻴúﻨóﻪõ¡ ﻭóﻟóﻢú ﺃóﻛõﻦú ﻷóﻓúﺘóﺢõ ﺑóﺎﺑðﺎ ﻟöﻠﺸóﺮøö ﺃóﻛõﻮﻥõ ﺃóﻥó ﺃóﻭøﻝó ﻣóﻦú ﻓóﺘóﺤóﻪõ ﴿ ﺃﺛﺮ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
29.Dari Ubaidilah bin Khiyar berkata :
“Aku mendatangi Usamah bin Zaid radliyallahu ‘anhu dan aku katakan : “Kenapa engkau tidak menasihati Utsman bin Affan untuk menegakkan hukum had atas Al Walid?” Maka Usamah berkata : “Apakah kamu mengira aku tidak menasihatinya kecuali harus dihadapanmu? Demi Allah sungguh aku telah menasihatinya secara sembunyi-sembunyi antara aku dan ia saja. Dan aku tidak ingin membuka pintu kejelekan dan aku bukanlah orang yang pertama kali membukanya.” (Atsar yang shahih diriwayatkan Bukhari dan Muslim)
Tidak ada toleransi sedikitpun dalam syariat ini untuk boleh memberontak pada penguasa ketika mereka tidak mau mendengar nasihat. Bahkan yang ada adalah perintah untuk bersabar, sesungguhnya dosanya akan ditanggung mereka. Barangsiapa yang telah menasihati mereka dan mengingkari kemungkarannya dengan cara yang benar maka ia telah terlepas dari dosa.

٤٠ -ﻋóﻦú ﻭóﺍﺋöﻞö ﺑúﻦö ﺣõﺠúﺮ  ﻗóﺎﻝó: ﻗõﻠúﻦó ﻳóﺎ ﺭóﺳõﻮﻝó ﺍﷲö¡ ﺃóﺭóﺃóﻳúﺖó ﺇöﻥú ﻛóﺎﻥó ﻋóﻠóﻴúﻨóﺎ ﺃõﻣóﺮóﺍﺀõ ﻳóﻤúÜﻨóﻌõﻮúﻧﹷﺎ ﺣóﻘøﻨóﺎ ﻭóﻳóﺴúﺄóﻟõﻮﻧóﺎ ﺣóﻘøﻬõﻢú¿ ﻓóﻘóﺎﻝó: ﺍöﺳúﻤóﻌõﻮﺍ ﻭóﺃóﻃöﻴúﻌõﻮﺍ ﻓóﺈöﻧøﻤóﺎ ﻋóﻠóﻴúﻬöﻢú ﻣóﺎ ﺣõﻤøöﻠﹹﻮﺍ ﻭóﻋóﻠóﻴúﻜõﻢú ﻣóﺎ ﺣõﻤøöﻠﹿﺘõﻢú ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﴾
30.Dari Wail bin Hujr radliyallahu ‘anhu berkata :
Kami bertanya : “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika penguasa kami merampas hak-hak kami dan meminta hak-hak mereka?” Bersabda beliau : “Mendengar dan taatlah kalian pada mereka maka sesungguhnya bagi merekalah balasan amalan mereka dan bagi kalianlah pahala atas kesabaran kalian.” (HR. Muslim)

٣١- ﻋóﻦú ﺃóﻧóﺲò  ﻗóﺎﻝó: ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö  : ﺳóﺘóﻠúﻘóﻮﻥó ﺑóﻌúﺪöﻱ ﺃóﺛóﺮóﺓð ﻓóﺼúﺒöﺮõﻭúﺍ ﺣóﺘøﻰ ﺗóﻠúﻘóﻮúﻧöﻲ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
31.Dari Anas radliyallahu ‘anhu berkata : “Bersabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Kalian akan menjumpai sesudahku atsarah (pemerintah yang tidak menunaikan hak-hak rakyatnya tapi selalu meminta hak-haknya, pent.) maka bersabarlah sampai kalian berjumpa denganku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

٣٢- ﻋóﻦú ﺃóﺑöﻲ ﻫõﺮóﻳúﺮóﺓó  ﻗóﺎﻝó: ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö  : ﺗóﻜõﻮﻥõ ﺧõﻠóﻔóﺎﺀõ ﻭóﺗóﻜóﺜøõﺮõ¡ ﻗõﻠúÜﻨóﺎ: ﻓóﻤóﺎ ﺗóﺄúﻣõﺮõﻧóﺎ¿ ﻗóﺎﻝó: ﺃóﻭúﻓõﻮúﺍ ﺑóﻴúﻌóﺔó ﺍúﻷóﻭøﻝö ﻭóﺃóﺩøõﻭﺍ ﺍﻟøﺬöﻱ ﻟóﻬõﻢú ﻓóﺈöﻥø ﺍﷲﹶ ﺳóﺎﺋóﻠóﻬõﻢú ﻋóﻦö ﺍﻟøﺬöﻱ ﻟóﻜõﻢú ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﴾
32.Dari Abi Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Kelak akan terjadi para penguasa dan mereka mengumpul-ngumpulkan harta (korupsi­, pent.).” Maka kami bertanya : “Maka apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab : “Tunaikanlah baiat yang pertama, tunaikanlah hak-hak penguasa, sesungguhnya Allah akan bertanya pada mereka atas apa-apa yang mereka lakukan terhadap kalian.” (HR. Bukhari-Muslim)

٣٣- ﻋóﻦú ﻣõﻌóﺎﻭöﻳóﺔó  ﻗóﺎﻝó: ﻟóﻤøﺎ ﺧóﺮóﺝó ﺃóﺑõﻮ ﺫóﺭøò  ﺇöﻟóﻰ ﺍﻟﺮøõﺑúﺬóﺓö¡ ﻟóﻘöﻴóﻪõ ﺭõﻛõﺐñ ﻣöﻦó ﺍﻟúﻌöﺮóﺍﻕö¡ ﻓóﻘóﺎﻟõﻮﺍ: ﻳóﺎ ﺃóﺑóﺎ ﺫóﺭøò¡ ﺃóﻋúﻘöﺪú ﻟóﻨóﺎ ﻟöﻮóﺍﺀð ﺗóﺄúﺗöﻴúﻚó ﺍﻟﺮøöﺟóﺎﻝó ﺗóﺤúÜﺘóﻪõ¡ ﻓóﻘóﺎﻝó: ﻣóﻬúﻼð ﻣóﻬúﻼð ﻳóﺎ ﺃóﻫúﻞó ﺍúﻹöﺳúﻼóﻡö¡ ﻓóﺈöﻧøöﻲ ﺳóﻤöﻌúﺖõ ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö  ﻳóﻘõﻮﻝõ: ﺳóﻴóﻜõﻮﻥõ ﺑóﻌúﺪöﻱ ﺳõﻠúﻄóﺎﻥñ ﻓóﺄóﻋúﺰöﺭõﻭﻩõ¡ ﻓóﻤóﻦú ﺍöﻟúÜﺘóﻤóﺲó ﺫöﻟøõﻪõ ﺛóﻐóﺮó ﻓöﻲ ﺍúﻹöﺳúﻼóﻡö ﺛóﻐúﺮóﺓð ﻭóﻟóﻢú ﺗõﻘúÜﺒóﻞú ﻣöﻨúﻪõ ﺗóﻮúﺑﹷﺔñ ﺣóﺘøﻰ ﻳõﻌöﻴúﺪóﻫóﺎ ﻛóﻤóﺎ ﻛóﺎﻧóﺖú ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺇﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻼﻝ ﴾
33.Dari Mu’awiyah radliyallahu ‘anhu berkata, ketika Abu Dzar radliyallahu ‘anhu keluar ke Ar Rubdzah beberapa orang Iraq menemuinya dan berkata :
“Wahai Abu Dzar, angkatlah bendera bersama kami maka orang­orang akan mendatangi kamu dan tunduk kepadamu.” Maka Abu Dzar berkata : “Tenang-­tenang wahai Ahlul Islam, sesungguhnya aku mendengar Rasul bersabda : ‘Kelak akan ada sesudahku penguasa maka muliakanlah ia, barangsiapa yang menghinakannya maka ia telah membuat kehancuran dalam Islam dan tidak akan diterima taubatnya sampai ia mengembalikan kehancuran umat ini menjadi seperti semula.’ (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Ashim. Dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)

٣٤- ﻋóﻦú ﺃóﺑöﻲ ﺫóﺭøò  ﻗóﺎﻝó: ﺃóﺗóﺎﻧöﻲ ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö  ﻭóﺃóﻧóﺎ ﻧóﺎﺋöﻢñ ﻓöﻲ ﺍﻟúﻤóﺴúﺠöﺪö¡ ﻓóﻘóﺎﻝó: ﻣóﺎﺫóﺍ ﺗóﻔúﻌóﻞõ ﺇöﺫóﺍ ﺃõﺧúﺮöﺟúﺖó ﻣöﻨúﻪõ¿ ﻓóﻘõﻠúﺖõ: ﺃóﺫúﻫóﺐõ ﺇöﻟóﻰ ﺍﻟﺸøﺎﻡö¡ ﻗóﺎﻝó: ﻛóﻴúﻒó ﺗóﻔúﻌóﻞõ ﺇöﺫóﺍ ﺃõﺧúﺮöﺟúﺖó ﻣöﻨúﻪõ¿ ﻓóﻘõﻠúﺖõ: ﺃóﺿúﺮöﺏõ ﺑöﺴóﻴúﻔöﻲ ﻳóﺎ ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö. ﺃóﻻó ﺃóﺩõﻟøõﻚó ﻋóﻠóﻰ ﺧóﻴúﺮò ﻣöﻦú ﺫóﻟöﻚó ﻭóﺃóﻗúﺮóﺏõ ﺭõﺷúﺪðﺍ¿ ﺗóﺴúﻤóﻊõ ﻭóﺗõﻄöﻴﻊõ ﻭóﺗóﺴóﺎﻕõ ﺣóﻴúﺚõ ﺳóﺎﻗõﻮﻙó ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺇﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺎﺻﻢ ﻭﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻼﻝ ﴾
34.Dari Abu Dzar radliyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mendatangiku dan aku dalam keadaan tertidur dalam masjid kemudian beliau berkata : “Apa yang kamu lakukan jika kamu diusir dari negerimu?” Aku menjawab : “Aku akan pergi ke Syam!” Beliau bertanya lagi : “Apa yang kamu lakukan jika kamu diusir dari Syam?” Aku menjawab : “Aku akan lawan dengan pedangku ya Rasulallah!” Maka beliau bersabda : “Maukah aku tunjukan dengan yang lebih baik dari itu semua dan lebih mencocoki petunjuk? Mendengar dan taatlah dan turutilah kemana pun mereka menggiringmu.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Ad Darimi, dan Ibnu Hibban. Dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)

Demikian juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah memperingatkan dari menyebarkan aib penguasa dan kesalahannya di atas mimbar-­mimbar dan majlis-majlis karena hal ini akan menyebabkan tersebarnya kejelekan yang dilarang oleh Allah Ta’ala dalam Kitab-Nya :
“Sesungguhnya orang-orang yang menginginkan tersebarnya kejelekan di antara orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.” (QS. An Nur : 19)

٣٥- ﻋóﻦú ﺃóﺑöﻲ ﻫõﺮóﻳúﺮóﺓó  ﻗóﺎﻝó: ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö  : ﺇöﺫóﺍ ﻗóﺎﻝó ﺍﻟﺮøﺟõﻞõ: ﻫóﻠóﻚó ﺍﻟﻨøﺎﺱõ¡ ﻓóﻬõﻮó ﺃóﻫúﻠóﻜóﻬõﻢú ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﴾
35.Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Jika berkata seorang laki-laki : ‘Manusia telah binasa.’ Maka ia orang yang paling binasa diantara mereka.” (HR. Muslim)
Dan Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah melarang menyebarkan fitnah dan melarang perbuatan yang menyebabkan tersebarnya fitnah sekalipun fitnah tersebut telah tersebar luas. Dan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengabarkan bahwa fitnah itu tidak akan membawa kebaikan pada umat. Bahkan beliau juga melarang untuk angkat senjata (melawan penguasa) dan melarang bergabung dengan pemberontak lebih-lebih jika fitnahnya disebabkan masalah dunia.
٣٦- ﻋóﻦú ﺍﻟﻤöﻘúﺪóﺍﺩö ﺑúﻦö ﺍúﻷóﺳúﻮóﺩö  ﻗóﺎﻝó: ﻗóﺎﻝó ﺭóﺳõﻮﻝõ ﺍﷲö : ﺇöﻥø ﺍﻟﺴøﻌöﻴúﺪó ﻟóﻤóﻦú ﺟóÜﻨøﺐó ﺍﻟúﻔﺘóﻦó ﻭóﻟóﻤóﻦú ﺍöﺑúÜﻨõﻠöﻲó ﻓóﺼóﺒóﺮó ﻓóﻮóﺍﻫðﺎ ﴿ ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ: ﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﻁ ﻣﺴﻠﻢ ﴾
36.Dari Miqdad bin Aswad radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Sesungguhnya orang yang bahagia itu adalah yang telah menjauhi fitnah dan ketika ditimpa musibah maka ia bersabar, alangkah bahagianya ia.” (HR. Abu Dawud. Berkata Al Albani : “Shahih atas syarat Muslim.”)
Dalam akhir pembahasan ini saya akhiri kumpulan hadits ini dengan perkataan Imam As Syaukani dalam Sailul Jarar dalam judul Kitabul Baghyi, beliau berkata : “Pemberontak adalah siapa saja yang keluar dari ketaatan kepada pemimpin. Pelakunya tercela walaupun bertujuan untuk kemaslahatan Muslimin tanpa dalil dan tanpa menasihatinya terlebih dahulu.” Sampai pada ucapan beliau : “Dan tidak boleh memberontak kepada penguasa walaupun mereka pada puncak kedzaliman selama tidak nampak pada mereka kekufuran yang nyata. Hadits-hadits yang menerangkan hal ini mutawatir.”

Muhammad Shidiq Hasan Khan juga menukil riwayat yang sama dalam kitab Ar Raudhatun Nadiyah dan Beliau sebutkan juga dalam Kitabul Baghyi ‘Alas Sulthani.
Dan yang terakhir, aku serukan kepada segenap dai untuk merealisasikan perintah Allah dan Rasul-Nya yaitu menasihati para penguasa secara sembunyi-sembunyi. Dan menjauhi tasyhir (membeberkan aib-aib penguasa di hadapan umum, pent.). Dan tidak mendahulukan pendapat siapa pun selain dari pendapat Allah dan Rasul-Nya.
Berkata seorang penyair :
Tinggalkanlah semua ucapan yang meyelisihi ucapan Muhammad.
Seorang tidak merasa aman dalam agamanya seperti yang terancam bahaya.
Saya memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar menjadikan kita semua bisa beramal untuk keridhaan-Nya di atas manhaj Rasul-Nya. Dan agar menjauhkan kita dari fitnah, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Sesungguhnya Ia Maha Mampu untuk melakukan itu semua.
Dan semoga shalawat tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, keluarganya, dan shahabatnya.
Catatan : Hadits-hadits yang disebutkan di sini telah dishahihkan oleh Muhaddits Al Albani dalam berbagai kitab beliau yang berbeda-beda, sengaja tidak dinukil disini karena khawatir terlalu panjang.

(Dikutip dari buku terjemah berjudul Hukum Memberontak Kepada Penguasa Muslim Menurut Akidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, judul asli Aqidah Ahlusunnah wal Jama’ah fil Bai’ah wal Imamah, penulis Syaikh Fawaz bin Yahya Al Ghuslan, Penerjemah: Al Ustadz Abdurrahman Mubarak Ata. Ma’had Riyadlul Jannah: Kp. Cikalagan RT 10/02 Telp. (021) 82495739 Cileungsi-Bogor-Indonesia)